Jarīmah khalwat merupakan permasalahan yang kerap terjadi pada objek wisata, seperti pada objek wisata Bukit Cinta yang konsisten menunjukkan pelanggaran Jarīmah khalwat yang tinggi dalam 5 tahun terakhir, sehingga membutuhkan pengawasan penuh oleh lembaga pemerintah, khususnya lembaga Wilayatul Hisbah sebagai lembaga berfungsi sebagai lembaga yang memiliki tugas dalam melakukan pengawasan pelanggaran syariat Islam di Provinsi Aceh. Penelitian ini mengkaji mengapa pelanggaran Jarīmah Khalwat masih terus terjadi pada objek wisata Bukit Cinta; Bagaimanakah upaya Wilayatul Hibsah Aceh Tenggara dalam menerapkan fungsi pengawasan pada objek wisata Bukit Cinta; Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala Wilayatul Hisbah dalam melakukan pengawasan terhadap pelanggaran Jarīmah Khalwat di objek wisata Bukit Cinta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi lapangan (field research) melalui wawancara dengan sekretaris dan operator Wilayatul Hisbah, kepala desa dan ketua remaja Desa Mbarung, pemilik usaha objek wisata Bukit Cinta dan tetua adat Desa Biak Muli. Hasil penelitian menunjukan penyebab terjadinya penyebab terjadinya jarīmah khalwat di objek wisata Bukit Cinta dikarenakan lokasi yang jauh dari pemukiman, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Qanun Aceh jinayah serta kurangnya dukungan dari pemerintah; Upaya Wilayatul Hisbah dalam pengawasan masih belum efektif dikarenakan minimnya pengawasan oleh Wilayatul Hisbah; Kendala Wilayatul Hisbah dalam melakukan pengawasan disebabkan kurangnya anggaran dan anggota, minimnya dukungan dari pemilik usaha, serta kurangnya pengawasan dan kepedulian orangtua. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tingginya angka pelanggaran Jarīmah Khalwat disebabkan oleh minimnya pengawasan yang dilaksanakan oleh Wilayatul Hisbah dan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap Qanun Aceh Jinayah.