Permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan mediasi di Mahkmah Syar’iyah Banda Aceh adalah rendahnya tingkat keberhasilan mediasi. Hal ini dapat diketahui dari data yang didapatkan pada tahun 2022 sebanyak 165, yang berhasil hanya 11 perkara dan 136 perkara yang gagal dimediasikan. Tahun 2023 jumlah perkara yang diterima 194, yang berhasil 4 perkara dan 135 yang gagal dimediasikan. Dan di tahun 2024 jumlah perkara yang diterima 175 yang berhasil 5. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini yaitu: Pertama, bagaimana Proses Mediasi pada Perkara Perceraian di Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh. Kedua, apa hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan mediasi di Mahkmah Syar’iyah Banda Aceh. Ketiga, bagaimana tingkat keberhasilan mediasi di Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dengan observasi secara langsung, wawancara dengan Hakim Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, proses mediasi yang dilakukan di Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh hampir secara keseluruhan sesuai dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Akan tetapi mediasi dapat berjalan apabila kedua belah pihak hadir dan disertakan hadirnya seorang mediator. Kedua, hambatan dari sarana dan prasarana yang masih tergolong belum memadai seperti fasilitas ruang mediasi yang terbatas, rendahnya pemahaman masyarakat terhadap mediasi yang hanya beranggapan hakim itu hanya mempersulit mareka untuk bercerai, dan kemampuan mediator juga sangat berperan penting dalam mencapai suatu keberhasilan mediasi. Ketiga, tingkat keberhasilan mediasi perkara perceraian yang ada di Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh cederung kurang berhasil, masih sangat sedikit keberhasilannya dan masih di bawah 10% keberhasilan mediasi dalam mencegah terjadinya perceraian. serta belum dapat dikatakan maksimal hanya sedikit yang berhasil dimediasikan.