Penelitian ini membahas sikap inklusivitas Buya Hamka dalam dua perannya yang menonjol, yaitu sebagai seorang mufassir dan sebagai negarawan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana sikap Buya Hamka terhadap inklusivitas dalam tafsirnya, terutama dalam Tafsir al-Azhar, dan bagaimana hal tersebut tercermin dalam peranannya sebagai negarawan? (2) bagaimana Buya Hamka menjelaskan hubungan antara umat Islam dan non-Muslim dalam konteks tafsirnya, khususnya dalam hal kerja sama dan toleransi? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap dan menganalisis pandangan inklusif Buya Hamka dalam tafsir Al-Qur’an serta bagaimana pandangan tersebut diterapkan dalam kehidupan sosial dan politik, khususnya dalam membangun relasi antarumat beragama di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan library research dengan pendekatan tafsir tematik (tafsir maudhū‘ī). Hasil penelitian menunjukkan bahwa HAMKA memiliki sikap yang seimbang antara keterbukaan sosial dan keteguhan prinsip. Dalam Tafsir al-Azhar, HAMKA menekankan pentingnya kerja sama dan harmoni antara umat beragama, dengan landasan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan universal dalam Islam. Namun, dalam konteks politik, ia menunjukkan ketegasan dalam mempertahankan prinsip akidah dan integritas moral, seperti terlihat dalam keputusannya mengundurkan diri dari jabatan publik demi menjaga nilai-nilai tersebut. Pemikiran HAMKA menawarkan kontribusi penting dalam membangun dialog antaragama dan kehidupan berbangsa yang harmonis, menjadikan Islam sebagai kekuatan pemersatu dalam masyarakat multikultural.