Dalam era digital saat ini, media sosial menjadi ruang ekspresi yang luas namun sering kali luput dari nilai-nilai etika, khususnya dalam penggunaan bahasa oleh para influencer. Akun @cutbul, yang dikenal karena penggunaan bahasa lokal Aceh dengan gaya yang cenderung bebas, menjadi objek dalam penelitian ini karena dinilai tidak sepenuhnya mencerminkan etika komunikasi yang baik, terutama dalam perspektif Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna denotatif, konotatif, dan mitos dalam konten media sosial akun @cutbul dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes, serta menelaah konten tersebut berdasarkan prinsip-prinsip etika komunikasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggabungkan analisis isi dan analisis semiotika sebagai teknik untuk mengkaji pesan yang terkandung dalam konten.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan observasi non-partisipan terhadap empat konten unggahan akun @cutbul di tahun 2024. Data dianalisis menggunakan model Roland Barthes untuk mengungkap makna yang tersirat dan eksplisit dari setiap tanda dalam konten, serta ditinjau berdasarkan prinsip-prinsip etika komunikasi, baik secara umum maupun menurut Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar konten yang diunggah oleh @cutbul mengandung makna konotatif yang dapat menimbulkan penafsiran negatif di kalangan audiens, serta mitos-mitos yang kurang sejalan dengan nilai etika Islami. Selain itu, ditemukan penggunaan bahasa yang kurang sopan dan tidak mencerminkan komunikasi yang santun, terutama dalam interaksi dengan pihak yang lebih tua atau dalam konteks publik. Hal ini menjadi perhatian penting mengingat peran influencer dalam membentuk gaya komunikasi generasi muda, khususnya mahasiswa. Penelitian ini merekomendasikan perlunya kesadaran etis dalam produksi konten digital, serta peran aktif dari masyarakat dan lembaga pendidikan dalam mengedukasi nilai-nilai komunikasi yang beradab sesuai ajaran Islam.