Ihdad dalam Masyarakat Kabupaten Aceh Besar Ditinjau Menurut Maqāṣid Al-Syarīʿah

Muhammad Nizar, 211010025 (2025) Ihdad dalam Masyarakat Kabupaten Aceh Besar Ditinjau Menurut Maqāṣid Al-Syarīʿah. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

[thumbnail of Membahas tentang Permasalahan Ihdad dalam Masyarakat] Text (Membahas tentang Permasalahan Ihdad dalam Masyarakat)
TESIS MUHAMMAD NIZAR (FULL).pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (6MB) | Request a copy
[thumbnail of Membahas tentang Permasalahan Ihdad dalam Masyarakat] Text (Membahas tentang Permasalahan Ihdad dalam Masyarakat)
TESIS MUHAMMAD NIZAR (COVER-BAB I).pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (8MB)

Abstract

Selama masa iddah, seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya berkewajiban menjalankan ihdad, yaitu menahan diri dari aktivitas tertentu, seperti keluar rumah, berhias dan memakai wangi-wangian. Namun, dalam praktiknya, kewajiban ini kerap diabaikan oleh masyarakat, khususnya di Kabupaten Aceh Besar. Pengabaian tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, antara lain untuk mengatasi rasa frustrasi, berolahraga, memenuhi tekanan lingkungan keluarga, mengantar jenazah atau berziarah ke pemakaman suami dan lain sebagainya. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan dan pandangan masyarakat di Kabupaten Aceh Besar terhadap ihdad wanita yang ditinggal mati oleh suaminya. Kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan konsep maqāṣid al-syarīʿah. Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian studi kasus (case studies) dan lapangan (field study) dengan pendekatan penelitian hukum non-doktrinal/empiris. Adapun tempat penelitian adalah di Kabupaten Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan masyarakat di Kabupaten Aceh Besar terhadap ihdad wanita yang ditinggal mati oleh suaminya berbeda-beda sesuai dengan ilmu dan amalan yang mereka miliki. Secara garis besar kalangan para ulama, tokoh masyarakat dan masyarakat biasa berargumen bahwa penyimpangan para pelaku ihdad tersebut lebih didasari oleh hawa nafsu dan unsur kesengajaan individu pelaku ihdad itu sendiri. Perkara penyimpangan ihdad seperti ini sangat membahayakan dalam lingkungan sosial karena dapat dinilai menjadi suatu kebiasaan yang benar. Adapun pelaksanaan ihdad dalam masyarakat Kabupaten Aceh Besar masih belum sepenuhnya maksimal. Pasalnya ditemukan penyimpangan pelaku ihdad pada masyarakat Kabupaten Aceh Besar sebanyak 8 (delapan) kasus dengan 2 (dua) bentuk penyimpangan ihdad di wilayah tersebut yaitu memakai parfum atau menghias diri dan keluar rumah bukan karena alasan penting. Adapun Dalam praktiknya, penyimpangan pelaku ihdad didasari oleh faktor-faktor tertentu. Seperti faktor bekerja, olahraga, akad nikah anak, ketidakpahaman ajaran agama, menghibur diri, tekanan dari lingkungan keluarga dan mengiringi jenazah atau berziarah ke pemakaman suami. Namun menurut tinjauan maqāṣid al-syarīʿah, alasan-alasan tersebut dinilai hanya sebatas kemaslahatan hajiyah (sekunder) atau kemaslahatan tahsiniyah (tersier). Maka sebagai prinsip kehati-hatian (Ihtiyath) tidak dapat dibenarkan untuk meninggalkan ketentuan ihdad. Karena tidak sampai pada tingkatan kebutuhan kemaslahatan dharuriyah (primer) sehingga tidak ditemukan salah satu al-kulliyat al-khamsah (lima kebutuhan dasar yang harus diperjuangkan dan dipertahankan dalam Islam).

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X4 Fiqih > 2X4.3 Hukum Perkawinan (Munakahat) > 2x4.39 Aspek Munakahat Lainnya
Divisions: Program Pascasarjana > S2 Hukum Keluarga
Depositing User: Muhammad Nizar
Date Deposited: 14 Aug 2025 08:37
Last Modified: 14 Aug 2025 08:37
URI: http://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/47598

Actions (login required)

View Item
View Item