Perdebatan mengenai perempuan sebagai hakim dalam hukum Islam masih berlangsung, baik dalam ranah fikih klasik maupun wacana kontemporer. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji urgensi kehadiran hakim perempuan dalam sistem peradilan Islam, khususnya di Mahkamah Syar’iyah Aceh. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana urgensi hakim perempuan di Mahkamah Syar’iyah Aceh serta bagaimana tantangan yang mereka hadapi di Mahkamah Syar’iyah Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dan wawancara mendalam terhadap seorang hakim tinggi perempuan di Mahkamah Syar’iyah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara normatif, tidak terdapat larangan dalam hukum Islam bagi perempuan untuk menjadi hakim selama memenuhi kualifikasi keilmuan dan integritas moral. Keberadaan hakim perempuan di Aceh tidak hanya diterima oleh sistem hukum nasional dan syariat lokal, tetapi juga berkontribusi besar dalam memberikan keadilan yang sensitif terhadap isu-isu perempuan, seperti perkara perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan hak asuh anak. Tantangan yang dihadapi lebih berkaitan dengan kompleksitas perkara dan tuntutan profesionalisme, bukan diskriminasi struktural. Oleh karena itu, keterlibatan perempuan dalam sistem peradilan syariah di Aceh merupakan langkah strategis menuju sistem hukum yang lebih adil, setara, dan inklusif