Perjalanan berasal dari kata jalan yang artinya cara, gerakan dan sebagainya. Yang dimaksud dengan perjalanan adalah kepergian (perihal bepergian) dari suatu tempat ke tempat yang lain. Namun dalam Al-Quran terdapat beberapa lafaz yang memiliki makna perjalanan, namun dengan konteks yang berbeda. Hal itu disebabkan karena lafaz tersebut dipahami secara berbeda-beda oleh mufassir. Lafaz yang dimaksud adalah sāra dalam surat ‘Ali Imrān: 137, al-An’ām: 11, al-Naḥl: 36, al-‘Ankabūt: 20, hājara dalam surat al-Nisā’: 100, safar dalam surat al-Baqarah: 184, al- Nisā’: 43, ḍaraba dalam surat al- Nisā’: 101, dan riḥlah dalam surat Quraiys: 2. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana makna dari setiap lafaz-lafaz tentang perjalanan yang terdapat dalam Al-Quran? Dan bagaimana para mufassir menafsirkan makna lafaz-lafaz tentang perjalanan dalam Al-Quran? Adapun penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan bahan perpustakaan yang bersumber dari tulisan literatur bacaan, baik itu data primer atau pun sekunder dan kemudian menganalisisnya. Selain itu, penulis menggunakan metode tematik untuk mengumpulkan ayat dengan topik yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, sāra menurut mufassir adalah melakukan perjalanan disertai dengan tafakkur dan juga tadabbur. Hājara merupakan salah satu bentuk safar. Maka setelah lafaz hājara selalu diikuti oleh lafaz sabīl yang merupakan satu kesatuan. Safara adalah meninggalkan tempat tinggal dengan niat menempuh perjalanan menuju suatu tempat. Ḍaraba juga memiliki makna safara yang berarti perjalanan yang disertai dengan membawa makanan. Sedangkan riḥlah sebuah perjalanan dari suatu tempat kepada tempat yang lain dengan jarak yang jauh.