Usaha pabrik penggilingan padi merupakan salah satu jenis bisnis yang digeluti masyarakat Kec. Muara Tiga, Pidie, namun sekarang usaha ini harus bersaing dengan penggilingan padi keliling. Pergeseran preferensi ini mengancam keberlangsungan pabrik penggilingan padi permanen. Permasalahan penelitian ini bagaimana strategi pemilik pabrik penggilingan padi dalam bersaing dengan penggilingan padi keliling, pertimbangan masyarakat dalam memilih jasa penggilingan padi keliling dibandingkan dengan jasa pabrik penggilingan permanen, tinjauan akad ijârah ‘ala al-‘amâl terhadap persaingan usaha antara pihak pabrik penggilingan padi di Kec. Muara Tiga. Riset ini menggunakan pendekatan sosiologis normatif, jenis penelitian deskriptif, dan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian yaitu pihak pabrik penggilingan padi permanen untuk tetap mempertahankan loyalitas konsumen dengan memperkuat strategi dasar melalui peningkatan kualitas beras hasil gilingan seperti bebas sekam dan dedak, kualitas pelayanan dengan kesigapan melayani konsumen dan diversifikasi metode pembayaran dengan uang cash, tukar dedak dan beras. Masyarakat cenderung memilih jasa penggilingan padi keliling dengan alasan pengelola langsung ke tempat konsumennya sehingga terjadi efisiensi waktu, dan hemat cost untuk biaya pengantaran. Fleksibilitas yang ditawarkan menjadi pertimbangan utama meskipun kualitas beras di pabrik permanen lebih baik, sebab mayoritas hasil gilingan untuk dikonsumsi pribadi. Dalam tinjauan akad ijârah ‘ala al-‘amâl, kedua model penggilingan padi baik permanen maupun keliling telah memenuhi rukun dan syarat akad, namun manfaat (ma’jur) jasa pabrik penggilingan padi permanen menawarkan manfaat yang lebih besar dari segi kualitas gilingan serta variasi opsi pembayaran dibandingkan dengan penggilingan padi keliling yang terbatas pada fleksibilitas, sehingga tingkat persaingan tidak terlalu ketat, apalagi pihak pemilik pabrik permanen memiliki kekuatan modal operasional usaha.