Dalam dunia pendidikan, kesetaraan merupakan hak fundamental bagi setiap warga negara untuk memperoleh layanan pendidikan yang adil, berkualitas dan non-diskriminatif. Namun dalam praktiknya di Indonesia masih terlihat ketimpangan, beberapa sekolah negeri menjadi favorit sehingga memiliki peminat yang tinggi, disisi lain ada sekolah yang kurang diminati. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan dinas pendidikan terkait penerimaan peserta didik baru serta memahami proses penerimaan peserta didik baru melalui zonasi untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari sistem zonasi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu staf cabang dinas pendidikan kota banda aceh, kepala sekolah, waka kesiswaan, guru dan peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kebijakan zonasi di SMA Negeri 1 Banda Aceh selaras dengan ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 dan Permendikbud No. 17 Tahun 2017 serta No. 20 Tahun 2018. Zonasi diterapkan sesuai alokasi kuota zonasi (50%), afirmasi (15%), prestasi (30%) dan perpindahan orang tua (5%), dengan proses verifikasi dokumen yang masih dilakukan secara manual serta penyebaran informasi melalui berbagai media. Cakupan zonasi didasarkan pada jarak domisili yang dibuktikan dengan KK, KKS/PKH dan sertifikat prestasi. Secara positif, sistem zonasi memperluas akses pendidikan, mengurangi stigma sekolah favorit dan mendekatkan jarak tempuh ke sekolah guna mengurangi biaya trasportasi. Akan tetapi, sejumlah tantangan muncul seperti manipulasi dokumen domisili, ketimpangan kualitas pembelajaran, kesulitan guru dalam mengelola kelas yang heterogen serta potensi penurunan motivasi bagi peserta didik.