Pecahan salah satu materi yang mulai diajarkan di sekolah dasar dan termasuk materi yang sulit dipahami siswa. Kurangnya penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Hambatan belajar bukan hanya dipengaruhi oleh keterbatasan siswa dalam memiliki pengetahuan terkait konteks tertentu (epistemologiy obstacle) tetapi juga disebabkan oleh kesiapan mental siswa dalam belajar (ontogenic obstacle), dan kesiapan pengajaran yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran (didactical obstacle). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis learning obstacle siswa terhadap konsep penjumlahan pecahan, ditinjau dari aspek ontogenik, didaktis, dan epistemologis. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Desain Research) dengan tahapan analisis prosfektif. Teknik pengumpulan yaitu diagnostic tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan siswa mengalami learning obstacle yang teridentifikasi pada materi operasi penjumlahan pecahan. Sebagian besar siswa kurang minat pada materi pecahan, pecahan dianggap sebagai materi yang sulit dan tidak menarik, siswa memiliki kelemahan dalam perkalian, operasi hitung, serta memahami konsep pecahan. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami learning obstacle diantaranya ontogenic obstacle, kebanyakan siswa kelas V memiliki kesiapan belajar yang masih lemah. Epistemology Obstacle, siswa tidak dapat menentukan konsep hitung pada soal penjumlahan pecahan. Didactical obstacle, pembelajaran pecahan yang tidak mendefinisikan pecahan secara jelas.