Penelitian ini membahas mengenai pembinaan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Banda Aceh dalam pemberian rehabilitasi terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika menurut Islam. Permasalahan yang muncul tentang rehabilitasi masih belum maksimal, karena adanya kendala yang dihadapi oleh BNN Banda Aceh. Untuk itu, ada tiga aspek yang hendak didalami, yaitu bagaimanakah proses pembinaan yang dilakukan BNN Kota Banda Aceh dalam pemberian rehabilitasi kepada pelaku penyalahguna narkotika, bagaimana hambatan yang dihadapi oleh BNN Kota Banda Aceh, dan bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap pembinaan tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis case study. Data dianalisis dengan cara deskriptif. Temuan penelitian ini bahwa proses pembinaan yang dilaksanakan oleh BNN Kota Banda Aceh dalam pemberian rehabilitasi penyalahguna narkotika dilaksanakan dengan tahapan laporan, wawancara untuk meninjau kriteria zat yang digunakan, upaya asesmen security indeks untuk melihat kondisi pengguna, pemberian rekomendasi oleh dokter menyangkut rencana terapi dan pembinaan lebih lanjut, dan dilakukan tahap pasca rehabilitasi untuk pembinaan skill yang tergantung minat bakat dari penyalahguna. Hambatan yang dihadapi oleh BNN Kota Banda Aceh ada tiga, yaitu adanya stigma di masyarakat bahwa penyalahguna selalu akan ditangkap dan diproses hukum, adanya rasa malu dari masyarakat terutama keluarga karena dianggap aib, dan minimnya anggaran. Ditinjau menurut hukum pidana Islam, pembinaan BNN Kota Banda Aceh dalam pemberian rehabilitasi penyalahguna narkotika sesuai dengan ketentuan hukum pidana Islam. Layanan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika mendatangkan aspek kemaslahatan/maṣlaḥah dan proses pembinaan yang dilaksanakan BNN Kota Banda Aceh dalam rehabilitasi punya tujuan untuk mendidik penyalahguna narkotika, menyembuhkan, mengembalikan kepada masyarakat tanpa ketergantungan