Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Gampong Suak Puntong, Kabupaten Nagan Raya, menjadi bagian dari program strategis nasional dalam memenuhi kebutuhan energi listrik. Meski memberikan kontribusi positif, namun keberadaan PLTU juga tetap memunculkan berbagai dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam dampak pembangunan PLTU terhadap masyarakat dan lingkungan Gampong Suak Puntong serta merelevasikannya dengan konsep ekoteologi Seyyed Hossein Nasr. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus (case study). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya PLTU memberikan dampak positif berupa penyediaan listrik, membuka lapangan pekerjaan, peningkatan akses layanan kesehatan, serta bantuan sosial melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan aktivitas PLTU berdampak negatif pada pencemaran udara dan laut, gangguan kesehatan, abrasi pantai, serta konflik sosial akibat ketimpangan distribusi pekerjaan. Krisis lingkungan yang terjadi di Gampong Suak Puntong mencerminkan krisis spiritual yang digambarkan oleh Nasr sebagai akibat terputusnya relasi manusia dengan dimensi alam. Dalam konsep ekoteologi Nasr, alam dipandang sebagai manifestasi ayat-ayat Tuhan yang sakral dan tidak boleh diperlakukan sebagai objek eksploitatif. Nasr mengajukan pendekatan scientia sacra dan kosmologi tradisional untuk membangun kembali relasi harmonis antara Tuhan, manusia, dan alam. Pemikiran ekoteologi Seyyed Hossein Nasr menjadi pendekatan filosofis yang sesuai untuk meninjau kembali akar krisis ekologi sehingga dapat membantu merumuskan kebijakan pembangunan yang adil dan berkelanjutan.