Transformasi digital menjadi bagian penting dalam menyederhanakan birokrasi yang panjang, lambat dan masih menggunakan sistem layanan konvensional. Dalam meningkatkan efisiensi pelayanan perizinan dan nonperizinan perlu adanya perubahan pada sistem layanan manual menuju layanan digital. Hal ini dikarenakan layanan konvensional memiliki waktu antrian yang panjang, proses layanan yang lama, dan penumpukan berkas. Namun, dengan adanya digitalisasi dapat memberikan kemudahan, kecepatan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan perizinan kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan transformasi digital sebagai alat penyederhanaan birokrasi pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh serta mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang dihadapi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif studi kasus dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Manajemen perubahan ADKAR Model digunakan sebagai kerangka analisis untuk mengevaluasi aspek Awareness, Desire, Knowledge, Ability dan staf dalam proses transformasi digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem digital seperti SiCantik Cloud telah meningkatkan efisiensi pelayanan perizinan dan nonperizinan. Namun, tantangan masih saja muncul dari faktor internal seperti keterbatasan keterampilan staf dan stabilitas sistem SiCantik Cloud masih kurang maksimal dikarenakan sering error, serta faktor eksternal seperti rendahnya literasi digital masyarakat, sehingga dapat menghambat pelaksanaan transformasi digital secara maksimal.Transformasi digital telah memberikan kemudahan layanan, tetapi diperlukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan SDM seperti pelatihan, sosialisasi dan pendampingan agar transformasi dapat berjalan dengan maksimal. Selain itu, meningkatkan stabilitas sistem dan literasi digital.