Kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan masih marak, sering kali akibat penafsiran ayat Al-Qur'an yang bias gender. Karena itu, diperlukan kajian ulang melalui perspektif mufassir kontemporer agar lebih mencerminkan nilai keadilan dan kasih sayang Islam.. Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah yaitu 1) Bagaimana para mufassir menafsirkan ayat Al-Qur’an mengenai perlindungan perempuan? 2) Apa saja bentuk perlindungan perempuan dalam Al-Qur’an menurut para mufassir?. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran para mufassir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tentang perlindungan perempuan serta bentuk-bentuk perlindungan tersebut menurut pandangan mereka. Jenis penelitian ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan sumber data tafsiran para mufassir dan didukung oleh sumber data berupa literatur yang berhubungan dengan tema penelitian selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir klasik dan kontemporer berbeda dalam memahami perlindungan perempuan dalam Al-Qur’an. Ibnu Kathsir menafsirkan secara literal dengan pendekatan bil ma’thur, sedangkan Quraish Shihab menggunakan pendekatan kontekstual dan maqasidi yang menyesuaikan dengan isu kesetaraan dan hak asasi. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya masing-masing, menunjukkan bahwa tafsir Al-Qur’an bersifat dinamis dan relevan sepanjang zaman. Al-Qur'an melindungi perempuan secara spiritual, sosial, hukum, dan moral. Para mufassir menafsirkan ayat-ayat yang menjamin hak, kesetaraan, dan perlakuan adil terhadap perempuan, sebagai bentuk pemuliaan Islam terhadap mereka