Penelitian ini membahas bagaimana remaja perempuan melakukan perlawanan terhadap implementasi kebijakan pemerintah Kota Lhokseumawe yang dianggap membatasi kebebasan perempuan. Beberapa kebijakan tersebut adalah larangan keluar malam bagi perempuan, membatasi jam kerja bagi pramusaji wanita tidak boleh diatas jam 21.00 serta larangan duduk mengangkang di motor bagi perempuan. Kebijakan-kebijakan ini dinilai oleh sebagian perempuan sebagai bentuk diskriminasi gender. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan 8 orang informan, yang terdiri remaja perempuan dari berbagai latar belakang, termasuk mahasiswa pendatang dan perempuan lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para informan melakukan resistensi dalam bentuk yang beragam. Ada yang tetap keluar malam secara sembunyi-sembunyi untuk bekerja atau belajar, ada yang menyamar agar tidak terlihat oleh petugas dan ada juga yang hanya mematuhi aturan di depan umum, namun melanggarnya secara diam-diam. Bentuk perlawanan ini tidak dilakukan secara terbuka atau melawan langsung, tetapi dilakukan secara tenang dan tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun bersifat kecil dan tidak terlihat secara langsung, tindakan-tindakan tersebut merupakan bentuk resistensi
terhadap kontrol sosial yang dianggap tidak adil bagi perempuan.