Di tengah tantangan modernisasi dan melemahnya minat terhadap metode dakwah konvensional, dakwah berbasis budaya lokal tampil sebagai pendekatan yang semakin relevan, salah satunya melalui seni tradisional Didong Gayo. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kunci penyair Didong dalam menyampaikan pesan-pesan keislaman kepada masyarakat Gayo di kawasan Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, observasi langsung, serta dokumentasi teks syair dari berbagai pertunjukan Didong. Proses analisis dilakukan dengan mereduksi data, mengelompokkan tema-tema utama, dan menafsirkan makna berdasarkan teori komunikasi budaya serta konsep dakwah bil hikmah, yaitu yaitu metode dakwah yang menekankan kebijaksanaan, kelembutan, serta penyesuaian dengan kearifan lokal dan penyampaian pesan secara santun dan persuasif. Temuan menunjukkan bahwa penyair Didong memiliki peran sebagai figur sosial dan moral yang menyampaikan pesan aqidah, akhlak, muamalah, serta motivasi dalam bentuk syair yang artistik dan komunikatif. Didong menjadi medium yang tidak hanya menghibur tetapi juga membangun kesadaran spiritual kolektif dalam masyarakat. Penelitian ini mendukung pemahaman bahwa dakwah melalui kesenian tradisional mampu menjembatani ajaran Islam dengan kearifan lokal, serta membuka ruang bagi pengembangan strategi dakwah yang kontekstual dan relevan di era kini. Studi selanjutnya dianjurkan untuk menelaah lebih dalam dampak Didong terhadap generasi muda serta potensi transformasinya dalam ranah digital.