Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gaya komunikasi Jamaah Tawajjuh dalam menjalin hubungan sosial dengan kelompok eksternal di Dayah Babul Ulum Abu Lueng Ie Al-Aziziyah, Aceh Besar. Masalah bermula dari persepsi masyarakat terhadap tampilan khas jamaah, seperti penggunaan ridak yang menutupi wajah dan posisi duduk tawaruk saat tawajjuh, yang dianggap berbeda dan menimbulkan kesan eksklusif ditengah masyarakat. Kondisi ini memicu hambatan komunikasi dan membatasi interaksi sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis mengacu pada teori gaya komunikasi Robert W. Norton serta hambatan komunikasi semantik, personal, dan lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa Jamaah Tawajjuh menerapkan gaya komunikasi santai, bersahabat, dan tepat dalam interaksi mereka. Namun, mereka masih menghadapi hambatan seperti prasangka sosial dan miskomunikasi makna simbolik. Diperlukan pendekatan komunikasi yang lebih terbuka dan adaptif untuk memperkuat keterhubungan sosial dengan masyarakat sekitar