Tulisan ini mengkaji mengenai sistem perlindungan hak cipta di kalangan kreator CapCut di banda aceh dalam perspektif Haq Al-Ibtikâr undang-undang no. 28 tahun 2014 tentang hak cipta. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, pendekatan yuridis normatif. Dalam memperoleh datanya melalui wawancara, tijauan langsung pada akun @raisyalmd, @ulfanabila, @mellyyusma dan @rayyaa cantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, maraknya pencurian foto yang digunakan untuk kepentingan pribadi tanpa meninjau lebih dalam kerugian yang diperoleh oleh pemilik foto sendiri. Kepentingan-kepentingan pribadi dalam menghasilkan keinginannya meskipun, hasil pemikiran yang telah diwujudkan dalam bentuk tulisan, cetakan, atau dalam media lainnya, itu dipandang sebagai harta merupakan Haq Al-Ibtikâr. Namun mengambil milik orang lain merupakan hal yang di larang. Sehingga perlunya menghormati konten milik orang lain yang sudah sepatutnya meminta izin telebih dahulu sebelum menggunakannya. Hal ini dikarenakan CapCut hanya memberikan pelaporan pada platformnya, karena CapCut bukan platform distribusi dengan perlindungan hak cipta secara otomatis pada gambar yang digunakannya. Berbeda dengan musik yang langsung secara sistem otomatis Video diblokir atau dibisukan suaranya. Oleh karena itu perlindungan bergantung pada pemilik foto. Dalam hal ini diperlukan tinjauan kembali terhadap kebijakan yang diberikan oleh CapCut perihal HKI mengenai konten yang di ungguh pada aplikasi CapCut