Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada mekanisme sistem affiliate di TikTok, potensi penyimpangan dari prinsip syariah dalam pelaksanaannya, serta analisis kesesuaiannya dengan fikih muamalah berdasarkan konsep akad ju’alah dan wakalah bil ujrah, serta ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Perbandingan keduanya menekankan pentingnya transparansi, keadilan, serta kejelasan hak dan kewajiban para pihak, agar praktik affiliate tidak merugikan para konsumen. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif analisis. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan lima orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Banda Aceh yang aktif sebagai affiliator TikTok, serta observasi terhadap konten promosi yang mereka buat. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui studi pustaka terhadap literatur fikih muamalah, hukum ekonomi syariah, serta UU No. 1 Tahun 2024 tentang informasi dan transaksi elektronik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas affiliator belum memahami konsep akad, terdapat ketidakjelasan dalam pembagian komisi, dan praktik promosi sering kali menyesatkan konsumen