Artikel ini membahas hukum jual beli alat musik dalam perspektif fikih muamalah melalui analisis pemikiran Ibn Ḥazm al-Ẓāhirī al-Andalusī. Fokus kajian diarahkan pada argumentasi hukum yang digunakan Ibn Ḥazm dalam menetapkan kebolehan transaksi alat musik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis konseptual dengan jenis penelitian hukum normatif, melalui studi pustaka terhadap literatur fikih klasik dan kontemporer. Hasil analisis menunjukkan bahwa Ibn Ḥazm membolehkan jual beli alat musik karena tidak adanya dalil qaṭ’ī yang mengharamkannya, serta karena alat musik termasuk ciptaan Allah yang tidak disebutkan secara eksplisit sebagai benda haram. Dalam konteks fikih modern, alat musik telah mengalami transformasi fungsi dari hiburan menjadi komoditas ekonomi yang sah dan multifungsi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman pandangan ulama mengenai hukum jual beli alat musik. Pandangan Ibn Ḥazm yang membolehkan dapat dijadikan alternatif pemikiran dalam fikih muamalah kontemporer, khususnya dalam merespons transformasi fungsi alat musik di tengah masyarakat modern.