Tradisi Nandong sebagai warisan budaya tak benda masyarakat Simeulue, diyakini memiliki peran penting dalam mitigasi bencana khususnya tsunami (smong). Melalui syair dan lagu, tradisi ini menyampaikan pesan mengenai tanda-tanda dan langkah-langkah yang harus diambil dalam menyelamatkan diri pada saat terjadi bencana alam. Namun, adanya sistem formal dan pengaruh globalisasi, eksistensi nandong mulai mengalami kemunduran baik itu minat maupun praktik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab memudarnya tradisi Nandong Smong serta mengetahui dampaknya terhadap kesadaran mitigasi bencana yang disebabkan oleh pudarnya tradisi Nandong Smong di Simeulue. Selain itu, penulis mengidentifikasi upaya yang dilakukan pemerintah, tokoh adat dan guru disekolah, dalam pelestarian Nandong Smong di Simeulue. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk menggambarkan fenomena secara mendalam dan alamiah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan di Desa Suka Karya, Kecamatan Simeulue Timur, Kota Sinabang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat empat faktor penyebab pudarnya tradisi Nandong Smong yaitu; kurangnya minat dan keterlibatan generasi muda, kurangnya pemahaman terhadap tradisi Nandong Smong, keterbatasan sarana dan prasana serta adanya pengaruh globalisasi. Pudarnya tradisi Nandong Smong tersebut tentunya membawa dampak tersendiri bagi masyarakat Simeulue khususnya terhadap kesadaran mitigasi bencana. Dampak tersebut berupa hilangnya pengetahuan lokal tentang mitigasi bencana dan menurunnya kesadaran kolektif masyarakat Simeulue akan risiko bencana alam.