Perceraian di Banda Aceh mengalami peningkatan signifikan pada periode 2020–2024 dengan total 1.337 kasus. Sebagai institusi so-sial, keluarga seharusnya menjalankan fungsi afektif dan sosial-isasi, namun banyak yang mengalami disfungsi sehingga berujung pada perceraian. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat per-ceraian di Banda Aceh serta faktor-faktor penyebabnya. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wa-wancara, dokumentasi, dan studi literatur. Informan penelitian meliputi hakim Mahkamah Syar’iyah, Polresta Banda Aceh (Unit PPA), DP3A, aktivis Flower Aceh, dan akademisi. Analisis data menggunakan model Miles & Huberman. Hasil penelitian menun-jukkan dominasi cerai gugat dibanding cerai talak. Faktor penyebab perceraian antara lain masalah ekonomi, kekerasan da-lam rumah tangga (KDRT), kurangnya komunikasi, minimnya pemahaman agama, pengaruh media sosial, budaya patriarki, serta faktor eksternal seperti poligami, judi, mabuk, dan murtad. Kes-impulannya, perceraian di Banda Aceh merupakan bentuk dis-fungsi keluarga sebagaimana dijelaskan dalam teori Fungsional-isme Struktural Talcott Parsons. Kegagalan menjalankan fungsi keluarga tidak hanya berdampak pada pasangan, tetapi juga anak dan masyarakat luas.