Air limbah RPH mengandung kadar COD dan TSS yang tinggi, melebihi baku mutu yang ditetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014, dan berpotensi mencemari lingkungan. Akibat dekomposisi bahan organik dalam air limbah ini, sering kali timbul bau tidak sedap yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Penggunaan koagulan sintetis dinilai kurang ramah lingkungan, sehingga diperlukan alternatif koagulan alami dari ekstrak sabut kelapa (Cocos nucifera L.). Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas dan dosis optimum dari ekstrak sabut kelapa dalam menurunkan pH, Turbiditas, dan TSS. Metode yang digunakan adalah jar test dengan variasi dosis (0-25 mL) dan kecepatan pengadukan (120 dan 150 rpm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 10 mL efektif menurunkan kekeruhan (82,6%) dan TSS (74,9%) dengan pH akhir yang masih berada dalam rentang standar. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa biokoagulan dari sabut kelapa berpotensi menjadi alternatif teknologi pengolahan air limbah RPH yang efektif, ramah lingkungan, serta mendukung konsep pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan bernilai tambah.
Kata kunci: Biokoagulan, tanin, koagulasi-flokulasi