Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses inkulturasi tradisi Meudikee dalam masyarakat Aceh, khususnya di Gampong Lambhuk, Banda Aceh. Tradisi Meudikee merupakan warisan budaya lokal yang telah berakulturasi dengan ajaran Islam dan menjadi bagian penting dari identitas spiritual serta sosial masyarakat Aceh. Dalam konteks ini, Meudikee tidak hanya berfungsi sebagai praktik ibadah, tetapi juga sebagai media komunikasi budaya dan penyampaian nilai-nilai keagamaan yang dibalut dalam seni dan tradisi lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini melibatkan perangkat Gampong Lambhuk, tokoh masyarakat, anggota grup zikir Dalail Khairat, dan pemuda remaja masjid sebagai subjek penelitian. Analisis data dilakukan dengan model interaktif Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses Inkulturasi Meudikee berlangsung secara dinamis melalui komunikasi antarbudaya antara ajaran Islam dan tradisi lokal Aceh. Komponen-komponen seperti gerak, syair, pakaian, dan pola ritual dalam Meudikee menunjukkan adanya perpaduan harmonis antara nilai-nilai Islam dan unsur budaya lokal. Selain itu, pesan-pesan komunikasi yang terkandung dalam tradisi ini berperan dalam memperkuat solidaritas sosial, menyampaikan nilai spiritual, serta membentuk identitas kolektif masyarakat. Meskipun demikian, tradisi ini menghadapi tantangan dari modernisasi dan kurangnya minat generasi muda, sehingga diperlukan strategi pelestarian yang melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan dan pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi akademis dalam pengembangan teori inkulturasi dan komunikasi antarbudaya, serta menjadi referensi praktis dalam pelestarian Tradisi budaya lokal berbasis Islam