Latar belakang penelitian ini adalah pentingnya pembinaan akhlak bagi santri penghafal Al-Qur’an agar tidak hanya mampu menghafal secara lisan tetapi juga mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Serta penelitian ini juga di latar belakangi dari skripsi yang di teliti oleh Muhammad fachruddiansyah nasution (2022), Hubungan tingkat hafalan Al-Qur’an terhadap akhlak santri di SD 1 muhammadiyah kota banda aceh di jelaskan bahwasanya tidak ada pengaruh atau hubungan antara akhlak dan hafalan santri yang di ukur secara korelasi sangat rendah hanya menyentuh angka < 0,04 maka bisa di katakan pengaruhnya hampir tidak ada karna Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data dianggap tidak berdistribusi normal, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti apa apa saja faktor pendukung sekaligus penghambat akhlak santri penghafal Al-Qur’an di pesantren Sidiq leupung Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan dan hambatan akhlak santri penghafal Al-Qur’an di Pesantren Sinar Desa Insan Qur’ani (SIDIQ) Leupung Aceh Besar serta merumuskan strategi dalam mengatasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan guru tahfidz, pengasuhan santri, dan para santri, serta didukung dengan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktro pendukung seperti:1) lingkungan pesantren yang kondusif; 2) Adanya jadwal yang teratur secara sistematis; 3) Pembina memiliki keteladanan; 4) Rutinitas menghafal al-qur’an; 5) Adanya interaksi kedekatan dengan ustad; 6) Adanya kerjasama antara orang tua dan masyarakat; 7) Adanya pelatihan dan motivasi akhlak 8) Kolaborasi pihak pesantren dengan pihak luar; 9) Adanya bimbingan intensif dari pengasuhan santri. Namun terdapat pula factor penghambat seperti; 1) jumlah musyrif dan kurangnya pemahaman makna ayat; 2) dapat memicu stress dan frustasi; 3) santri terpapar budaya luar; 4) Ketidak konsistenan dalam menjaga akhlak; 5) kurangnya motivasi; 6) Pengaruh media sosial; 7) Pengaruh keluarga yang kurang baik. Berdasarkan analisis SWOT, dirumuskan strategi untuk memperkuat pembinaan akhlak santri di antaranya; 1) Strategi Strength-Opportunity (S-O) Memperkuat program pembinaan berbasis nilai Qur’ani dan memperluas kolaborasi eksternal; 2) Strategi Weakness-Threat (W-T) Meningkatkan jumlah dan kapasitas musyrif, serta memperketat pengawasan penggunaan teknologi; 3) Strategi Strength-Threat (S-T) dan Weakness-Opportunity (W-O) juga dirumuskan untuk mengantisipasi ancaman dan mengembangkan potensi perbaikan. Penelitian ini hanya sampai pada tahap perumusan strategi, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkaji implementasi dan efektivitas strategi yang telah dirumuskan.