Penelitian ini mengkaji kepatuhan remaja putra di Kota Banda Aceh terhadap aturan berpakaian syariat Islam, khususnya pada pakaian olahraga, mengingat status Banda Aceh sebagai wilayah penerapan Syariat Islam. Meskipun pakaian berfungsi sebagai pelindung dan ekspresi identitas, serta diatur dalam Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2002 pasal 13, ditemukan adanya ketidakpatuhan, terutama terkait penutupan aurat laki-laki di ruang publik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab ketidakpatuhan remaja serta menemukan strategi komunikasi dan kendala yang dihadapi Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan remaja putra dan Kepala DSI, dilengkapi observasi lapangan dan dokumentasi. Data dianalisis secara tematik dengan kerangka fungsi komunikasi dan teori komunikasi persuasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpatuhan remaja dipengaruhi oleh prioritas kenyamanan berolahraga, kuatnya pengaruh lingkungan dan teman sebaya, rendahnya pemahaman qanun, kurangnya kontrol keluarga, dan ketersediaan pakaian yang terbatas. Strategi yang di bangun oleh DSI adalah strategi komunikasi terstruktur: pemanfaatan tenaga pendukung hingga tingkat gampong, program khusus di sekolah dan lapangan dengan pendekatan dialogis, prioritas komunikasi tatap muka, penargetan adaptif, dan keberlanjutan program kolaboratif. Namun, upaya DSI terhambat oleh keterbatasan sumber daya manusia (personel), biaya, serta sarana dan media komunikasi. Disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi DSI dalam meningkatkan kepatuhan remaja masih menghadapi tantangan internal. Perlu intervensi komunikasi yang lebih intensif, kreatif, dan kolaboratif, dengan mempertimbangkan aspek personal, sosial, dan fasilitas pendukung untuk menjembatani kesenjangan kepatuhan di Kota Banda Aceh.