Penelitian ini mengkaji kekeringan meteorologis di Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, yang rentan akibat variabilitas curah hujan ekstrim dan degradasi ekosistem karst Pucok Krueng; bertujuan memetakan keparahan, frekuensi, dan durasi kekeringan pada skala 1–12 bulan menggunakan SPI, mengevaluasi peran degradasi karst sebagai faktor amplifikasi dampak, serta merumuskan rekomendasi mitigasi dan adaptasi. Metode eksplanatori sekuensial menggabungkan analisis kuantitatif SPI dari data CHIRPS (1995–2025) yang tervalidasi BMKG dengan content analysis atas laporan BPBD, arsip berita, dan dokumen tata ruang. Hasil menunjukan dominasi kekeringan ringan hingga sedang dengan episode ekstrem pada El Niño 1997–1998, Januari 2020 (SPI-3 = −2,98), dan Juli 2024 (SPI-1 = −1,77), di mana krisis air bersih di 24 desa mengindikasikan amplifikasi dampak oleh penurunan kapasitas infiltrasi karst akibat pembukaan lahan seluas 93 ha. Kesimpulan menegaskan bahwa SPI efektif memetakan pola kekeringan tetapi harus dipadukan dengan evaluasi kerentanan karst untuk memahami dampak, serta mendorong penetapan kawasan karst Kelas I, rehabilitasi lahan resapan, pengembangan sistem peringatan dini berbasis SPI, dan integrasi RTRW