Analisis Konten @ratudeki dalam Timbangan Qanun Syiar Islam No.11 Tahun 2002

Arina Manasikana, 210401002 (2025) Analisis Konten @ratudeki dalam Timbangan Qanun Syiar Islam No.11 Tahun 2002. Other thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

[thumbnail of Crossdresser, Gender, Analisis Waacana Kritis Norman  Fairclough, Qanun Aceh No 11 Tahun 2002.] Text (Crossdresser, Gender, Analisis Waacana Kritis Norman Fairclough, Qanun Aceh No 11 Tahun 2002.)
Arina Manasikana Repository, FDK, KPI, Cover - Bab 1 .pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (1MB)
[thumbnail of Crossdresser, Gender, Analisis Waacana Kritis Norman  Fairclough, Qanun Aceh No 11 Tahun 2002.] Text (Crossdresser, Gender, Analisis Waacana Kritis Norman Fairclough, Qanun Aceh No 11 Tahun 2002.)
Arina Manasikana Repostory, FDK, KPI, .pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini membahas pemakaian busana crossdresser dalam konten TikTok oleh akun @ratudeki yang berlokasi di Banda Aceh. Penampilan yang menyerupai perempuan dalam konten tersebut menimbulkan kontroversi pada kolom komentar karena bertentangan dengan norma berpakaian Islami yang berlaku di Aceh, pada Qanun Syiar Islam No. 11 Tahun 2002. Respons netizen terhadap konten ini muncul dalam bentuk komentar pro dan kontra yang mencerminkan perbedaan pandangan dalam menyikapi ekspresi personal di ruang digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pemakaian busana ditampilkan dalam konten dan tanggapan publik terbentuk melalui kolom komentar di TikTok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode Analisis Wacana Kritis model Norman Fairclough. Analisis dilakukan melalui tiga dimensi: mikro (struktur teks), meso (praktik produksi dan konsumsi konten), dan makro (konteks sosial budaya). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian busana dan tampilan feminin ditunjukkan melalui visual, ekspresi wajah, gestur tubuh, dan gaya komunikasi. Konten ini memicu respons publik
yang terpolarisasi: sebagian menganggapnya sebagai bentuk hiburan dan ekspresi diri, sementara sebagian lainnya menilai bahwa hal tersebut melanggar norma syariat dan berpotensi merusak moral publik. Dalam konteks sosial Aceh yang menegakkan syariat Islam secara formal, konten semacam ini memunculkan benturan antara kebebasan berekspresi dan batasan hukum agama. Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi konten digital tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya tempat ia berada. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kritis dalam memproduksi konten dan literasi digital yang mempertimbangkan nilai lokal menjadi penting, untuk mencegah terjadinya gesekan sosial yang berulang di ruang publik digital.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 300 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 302 Interaksi sosial > 302.2 Komunikasi > 302.23 Media (Sarana Komunikasi)
Divisions: Fakultas Dakwah dan Komunikasi > S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam
Depositing User: Arina Manasikana
Date Deposited: 09 Sep 2025 04:04
Last Modified: 09 Sep 2025 04:04
URI: http://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/50078

Actions (login required)

View Item
View Item