Mahasiswa diberikan kemudahan mengakses informasi melalui berbagai platform AI, seperti ChatGPT, Meta AI, dan Claude AI. Kehadiran teknologi ini juga menimbulkan persoalan terkait keandalan, akurasi, serta kesesuaian terutama dalam bidang tafsir, apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah tafsir. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya berbagai persepsi dikalangan mahasiswa, baik yang menerima AI sebagai alat bantu dalam penafsiran, maupun yang menolak karena dianggap keterbatasan AI dalam memahami aspek spiritual, historis, serta metodologi tafsir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur kepada informan yang merupakan mahasiswa aktif Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Ar-Raniry yang menggunakan teknologi AI dalam kegiatan akademik mereka, khususnya dalam studi tafsir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menggunakan AI sebagai alat bantu awal dalam memahami makna ayat-ayat al-Qur’an, terutama dalam menyelesaikan tugas perkuliahan. AI belum bisa dijadikan sumber utama karena masih ditemukan banyak kekeliruan, penyederhanaan makna, dan ketidaksesuaian dengan metodologi tafsir. Mahasiswa tetap merujuk pada kitab-kitab tafsir otoritatif untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif. AI dipandang sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti otoritas ilmiah dalam ilmu tafsir.