Penelitian ini menganalisis perbedaan konsep air mutlak antara Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali. Dengan merujuk pada kitab Al-Majmu’ Syarh Muhazzab karya Imam Nawawi (Syafi’i) dan Al-Mughni karya Ibnu Qudamah (Hambali), penelitian ini secara spesifik mengidentifikasi dan membandingkan konsep air mutlak menurut Mazhab Syafi’i, konsep air mutlak menurut Mazhab Hambali, serta perbedaan dan perbandingan antara keduanya. Fokus utama adalah pembahasan definisi, perubahan, dan implikasi penggunaan air mutlak menurut kedua mazhab. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka (library research) dengan analisis teks asli bahasa Arab dan terjemahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa definisi dasar air mutlak dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Muhazzab dan Kitab Al-Mughni tidak memiliki perbedaan signifikan, melainkan hanya pada pilihan redaksi. Perbedaan signifikan justru terletak pada hal-hal yang mengubah kondisi air mutlak dan penggunaannya untuk bersuci. Misalnya, Ibnu Qudamah menyatakan air mutlak yang terkena matahari tidak makruh digunakan untuk bersuci, sedangkan Imam Nawawi menghukuminya makruh. Selain itu, air mutlak bekas bersuci masih dapat digunakan kembali menurut Mazhab Hambali dengan kondisi tertentu, berbeda dengan Mazhab Syafi’i yang tidak membolehkan. Hal yang menarik juga bisa dilihat dari kritik yang diberikan terhadap kedua mazhab ini oleh Imam Nawawi dan Ibnu Qudamah. Meskipun terdapat kesamaan prinsip, perbedaan nuansa dalam aplikasi hukum terkait air mutlak yang kemasukan benda suci juga dapat ditemukan, menunjukkan keketatan yang bervariasi antara kedua mazhab. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan fikih perbandingan dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif bagi praktisi agama.