Kabupaten Aceh Tenggara didominasi suku Alas yang memiliki adat perkawinan tradisional kompleks, seperti merisik, menampi, merjap, hingga akad nikah. Setiap tahapan perkawinan sarat nilai budaya, sosial, dan religius yang mengikat keluarga dan komunitas. Modernisasi membawa pengaruh signifikan berupa penyederhanaan prosesi, pergeseran peran tokoh adat, dan penggunaan teknologi dalam komunikasi pasangan. Perubahan ini menimbulkan pergeseran dari nilai kolektif ke individualistik, memengaruhi struktur sosial, interaksi, dan peran gender dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak modernisasi terhadap kehidupan masyarakat Suku Alas di Desa Kute Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Informan terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, kepala desa, dan masyarakat lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pergeseran nilai dan simbol adat, penyederhanaan tahapan pernikahan (reduksi adat), perubahan gaya hidup konsumtif, serta melemahnya peran tokoh adat dan agama. Namun demikian, masyarakat menunjukkan respons yang beragam, mulai dari sikap resisten, adaptif, hingga akulturatif terhadap modernisasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa modernisasi tidak serta-merta menghapus adat istiadat, melainkan mendorong proses negosiasi antara tradisi dan nilai-nilai baru. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif tokoh adat dan pemerintah desa dalam menjaga keberlanjutan budaya lokal agar tetap relevan di tengah perubahan zaman.