Keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk belajar sosial dan agama. Orang tua menjadi contoh utama yang dipakai anak dalam berbahasa, berperilaku, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Orang tua juga berperan penting sebagai pendidik yang menjaga, mengurus, dan membimbing anak-anak dalam menjalankan ajaran agama Islam. Namun, bagi keluarga pedagang di Ulee Kareng yang memiliki aktivitas ekonomi sibuk dan waktu kerja panjang, pembinaan pendidikan agama Islam menghadapi beberapa tantangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi terkait pembinaan agama dalam keluarga pedagang. Hasil penelitian menunjukkan pembinaan agama dilakukan dengan cara memberi contoh teladan orang tua yang rajin beribadah, membiasakan anak melaksanakan ibadah sehari-hari seperti shalat lima waktu dan doa, memberikan nasehat yang terus menerus, serta menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Meskipun orang tua sibuk berdagang, mereka berusaha mengatur jadwal pembinaan agama agar tetap berjalan, bahkan melibatkan anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, atau kakak dalam mendidik anak.Kendala utama yang ditemukan adalah keterbatasan waktu dan tenaga orang tua akibat kesibukan berdagang, serta pengaruh lingkungan luar yang kurang mendukung nilai agama. Untuk mengatasi hal ini, mereka menggunakan strategi mengatur waktu pembinaan secara fleksibel dan memaksimalkan waktu senggang untuk mendidik anak secara intensif.Penelitian ini memperlihatkan bahwa dengan metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, dan komunikasi yang baik, keluarga pedagang mampu menanamkan iman dan membentuk akhlak mulia pada anak-anak. Strategi ini bisa menjadi contoh bagi keluarga pedagang lain dalam menjaga kualitas pendidikan agama Islam di tengah kesibukan mereka.