Setelah melihat langsung pemahaman anggota terhadap pembiayaan Qardhul Hasan masih sangat kurang, Anggota masih banyak yang salah persepsi dan menganggap bahwa Bank Aceh Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah hanya covernya saja berbasis syariah kenyataannya tidak berbasis syariah. Permasalahan tersebut menjadi polemik karena menunjukkan pemahaman nasabah Bank Aceh Syariah yang masih sangat kurang dalam memahami pembiayaan qardhul hasan. Pada kajian ini, peneliti bertujuan meriset permasalahan yaitu Bagaimana praktik penyaluran dana Qardhul Hasan pada PT. Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh, dan Bagaimana penerapan penyaluran dana Qardhul Hasan pada PT. Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh di tinjau dari Fatwa DSN MUI No.19/DSN- MUI/2001 tentang Al-Qardh, Untuk memperoleh data yang valid dan objektif, peneliti menggunakan pendekatan yuridis-empiris, yaitu dengan cara memadukan bahan-bahan hukum baik primer, maupun sekunder, yaitu PT. Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh, jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa Penyaluran dana pembiayaan qardhul hasan oleh PT. Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh sudah sesuai dengan syariah dan ketentuan yang berlaku, di mana mekanisme pembiayaan yang diterapkan tidak menyulitkan pihak peminjam. Hanya saja pembinaan yang dilakukan masih kurang maksimal dan tidak ada pendataan ulang mengenai peningkatan pendapatan yang dialami nasabah penerima pembiayaan.Adapun dana yang disalurkan oleh Bank untuk pembiayaan perorangan diberikan antara Rp. 500.000,- hingga Rp. 10.000.000,- sedangkan untuk fasilitas umum seperti mesjid tidak memiliki batasan biaya hingga dapat mencapai Rp1,5 Milyar. Di mana jangka waktu yang diberikan untuk membayar kembali pokok pinjaman maksimal tiga tahun