Representasi kepemimpinan perempuan di tingkat desa, khususnya di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, masih sangat rendah dan menghadapi tantangan struktural serta budaya patriarki. Kondisi ini diperparah dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Simeulue yang berada di bawah rata-rata provinsi dan nasional, mengindikasikan adanya kesenjangan signifikan dalam akses pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Fenomena ini memunculkan pertanyaan krusial mengenai efektivitas implementasi kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) sebagai instrumen untuk mengakselerasi kesetaraan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kepemimpinan seorang kepala desa perempuan di Desa Kampung Aie mampu menjadi motor penggerak implementasi PUG di tengah konteks yang menantang tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, di mana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan perempuan secara efektif telah menerapkan strategi PUG di berbagai sektor pembangunan desa. Implementasi ini mencakup: (1) strategi pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pembinaan UMKM, kelompok menjahit, dan perkebunan PKK; (2) peningkatan keterlibatan perempuan dalam perumusan kebijakan yang dibuktikan dengan meningkatnya partisipasi dalam Musyawarah Pembangunan Desa (Musrembang); dan (3) peningkatan representasi perempuan dalam struktur pemerintahan desa secara signifikan dari 16,67% menjadi 33,33%. Keberhasilan implementasi ini didukung oleh faktor-faktor kunci seperti adanya regulasi Bupati Simeulue No 12 Tahun 2024 tentang pedoman pelaksanaan gender serta dukungan kuat dari tokoh perempuan di masyarakat. Dampak dari implementasi PUG ini terlihat jelas pada peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga, terwujudnya kebijakan desa yang lebih responsif gender, terciptanya akses yang setara terhadap ruang publik, serta peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak. Secara keseluruhan, penelitian ini membuktikan bahwa di tengah problematika kesenjangan gender, kepemimpinan perempuan yang transformatif merupakan kunci efektif untuk mewujudkan pembangunan desa yang lebih inklusif, setara, dan berkelanjutan