Di Aceh ada berbagai macam ragam rapai, namun yang unik untuk dikaji adalah rapai tuha. Rapai tuha merupakan jenis kesenian yang memadukan estetika dan spiritual (rapai dan zikir). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi penggunaan seni rapai tuha sebagai media berzikir di Kabupaten Nagan Raya dan untuk mengetahui bagaimana konsep estetika dalam tradisi zikir rapai tuha di Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam bentuk lapangan (Field research). Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa latarbelakang penggunaan rapai tuha sebagai media zikir adalah adanya pengaruh tarekat syattariyah Abu Habib Muda Seunagan (Abu Peuleukung), dalam konteks sejarah tarekat syattariyah, tradisi zikir rapai tuha ini berakar kuat pada ajaran tasawuf yang diwariskan oleh tokoh-tokoh sufi besar seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan Syeikh Ahmad ar-Rifa’i. Hingga kini dikembangkan oleh Abu Habib Muda Seunagan sebagai mursyid tarekat dan pewaris rapai tuha di Kabupaten Nagan Raya. Adapun estetika dalam tradisi zikir rapai tuha terdapat pada suara rapai tuha, zikir, shalawat dan syair nasyid dan ini tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi kesenian saja, tetapi juga sebagai sarana spiritual yang mengintegrasikan rapai tuha sebagai ritus keagamaan dalam satu kesatuan antara nilai seni dan nilai ketuhanan.