Ketika murid tidak bersemangat belajar materi pelajaran Agama, sehingga tidak tercapai kompetensi yang diharapkan, jangan buru-buru menghakimi mereka malas. Boleh jadi hal itu disebabkan cara pengajaran kita yang membosankan dan tidak menarik: tarlalu banyak hafalan, terlalu banyak tugas, terlalu banyak ceramah, kurang mengasah nalar, tidak merangsang imajinasi, kurang bervariasi metode yang digunakan, kurang keteladanan, kurang pendekatan kasih sayang, atau lainnya.

Tentu saja, diperlukan strategi pengajaran yang bukan hanya efektif juga atraktif agar tujuan pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam itu tercapai dengan maksimal, menjiwai dan menjadi akhlak bagi generasi Islam, menjadi filter bagi setiap anak menghadapi pengaruh negatif era digital, dalam setiap pembelajarannya dibutuhkan strategi yang tepat, strategi yang sesuai dengan tuntutan zaman, sesuai dengan gaya belajar siswa-siswi, sesuai dengan ciri khas dari tujuan materi Pendidkan Islam itu sendiri. Selain itu dibutuhkan juga keteladanan yang baik dari para pendidik.

Selain strategi yang efektif dan atraktif, pembelajaran pendidikan Islam membutuhkan kurikulum yang berorientasi pada dua kebahagian anak didik yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam buku ini, penulis mencoba menguraikan tentang, Pertama; Dua orientasi kurikulum pendidikan yang harus diperoleh oleh anak-anak muslim yaitu kurikulum dengan orientasi kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat, Kedua; Tantangan pendidikan Islam di Era Digital, Ketiga; Kurikulum pendidikan Agama Islam di Era Digital, Ke empat: Pengembangan perencanaan pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam beserta contoh. Untuk uraian lengkap, dapat pembaca lihat dalam buku ini dengan judul: “Strategi Pembelajaran Materi Pendidikan Agama Islam di Era Digital.” Harapannya, setelah membaca buku ini, pembaca sekalian mendapat satu pilihan lain, tentang cara merancang strategi pembelajaran materi pendidikan Agama Islam di Era Digital, yang teruji efektif dan atraktif.