Fenomena pengajian warung kopi sudah memrambah sebagian lapisan masyarakat yang sering berada diwarung kopi, penelitian ini menarik untuk dikaji lebih lanjut karena pada umumnya hanya unutuk sebagai tempat bersilaturahmi sesame teman, megerjakan pekerjaan, bersantai dan lain sebagiannya, yang menarik dari pengajian biasanya diselenggarakan di mushalla, balai pengajian atau tempat ibadah lainnya, Namun berbeda dengan yang satu ini pengajian rutin mingguan diadakan pada warung kopi. Tujuan penelitian ini adalah untuk pemanfaatan ruang publik bertempat pada warung kopi nanggroe di Batoh Banda Aceh dan warung Aan Kopi di Lhong Raya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dinyatakan oleh jurgen hebermas ruang publik adalah suatu lingkup orang-orang privat yang berhimpun membentuk suatu publik yang bisa menjalankan diskusi rasional, membentuk opini serta melakukan pengawasan terhadap pemerintah. Menggunakan metode kualitatif, deskriptif, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pengajian merambah ke warung kopi karena adanya perubahan sosial yaitu berupa kebutuhan akan ruang belajar agama yang inklusif dan santai, menjadikan tolak ukur suatu peradaban lebih maju dalam fenomena tersebut, saat ini karena sedang populernya pengajian warung kopi dalam masyarakat di Banda Aceh akhirnya dimanfaatkan sebagai ruang publik dalam mengkaji hal-hal yang sedang berkembang didalam masyarakat dengan menggunakan pandangan islam(Al-Qur’an dan hadist), dalam merespon perkembngan tersebut, melihat peluang ini untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas. Respon pengunjung warung kopi terhadap perkembangan tersebut yaitu pengunjung merasa bahwa adanya pengajian justru menambah citra positif warung kopi, warung tidak hanya dijadikan tempat nongkrong tetapi juga menjadi ruang edukatif dan spiritual.