Anggun Tawar Niate, 180501001 (2023) Harmonisasi Inter Umat Beragama Dalam Menyikapi Perbedaan Penerapan 1 Ramadhan Dan 1 Syawal. Other thesis, UIN Ar-Raniry Fakultas Adab dan Humaniora.
![[thumbnail of Harmonisasi Inter Umat Beragama Dalam Menyikapi Perbedaan Penerapan 1 Ramadhan Dan 1 Syawal]](http://repository.ar-raniry.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
CETAK II PDF.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (6MB)
![[thumbnail of Harmonisasi Inter Umat Beragama Dalam Menyikapi Perbedaan Penerapan 1 Ramadhan Dan 1 Syawal]](http://repository.ar-raniry.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
COVER - BAB 1.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (3MB)
Abstract
Skripsi ini berjudul tentang Kerukunan Masyarakat Nagan Raya di Tengah Perbedaan1 Ramadhan dan 1 Syawal. Kabupaten Nagan Raya. Ajaran yang terdapat dalam thareqat Syattariyah adalah menganut paham Wahdatul Wujud, dimana paham ini memiliki kesamaan dengan paham tasawuf Ibn Arobi. Wahdatul Wujud terdiri dari dua kata, wahdat dan wujud. Wahdah, mempunyai arti tunggal dan wujud artinya ada dengan demikian wahdatul wujud berarti kesatuan wujud. Dari pengertian diatas kata wahdah sebagai kesatuan antara materi dan roh, hakekat dan bentuk, lahir dan batin, Allah dan alam. Maka, dari pengertian itulah bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan. Dengan kata lain, segala macam benda- benda dan makhluk yang ada dialam ini merupakan manifestasi dari tuhan. Tuhan yang dimaksud disini ialah bukan dalam arti esensi (dzat) akan tetapi sifat-sifatnya yang indah. Thareqat Syattariyah yang terdapat di Desa Peuleukung, Keacamatan Seuanagan Timur ini dibawa oleh seorang tokoh yang bernama Abu Habib Muda Seuangan. Setelah Abu Habib meninggal maka dipercayakan kepada anak kandungnya yang tertua yaitu Habib Quraisy di Desa Lhok Mesjid, kemudian digantikan oleh Habib Qudrat yang merupakan anak bungsu dari Abu Habib Muda Seuanagan, hingga sampai sekarang jumlah pengikut thareqat Syattariyah mencapai 50.000 orang dan ajaran thareqat Syattariyah yang berkembang di Desa Peuleukung, kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya. Hisab yang dipakai oleh Abu Habib Muda Seunagan adalah Hisab Hakiki Taqribi, atau biasanya disebut hisab bilangan lima. Hisab tersebut sudah lama tidak dipakai tapi masyarakat Peuleukung masih menjadikan patokan untuk penentuan awal puasa Ramadhan. Maka, landasan yang dipegang teguh oleh masyarakat Peuleukung dalam menentukan awal bulan Ramadhan adalah metode hisab secara umumnya dan Hisab Hakiki Taqribi khususnya. Namun, perhitungan dapat dikuasai oleh para tokoh alim ulama di Peuleukung, karena keterbatasan itulah, para masyarakat hanya tunduk mengikuti para alim dan menunggu hasil penentuan awal Ramadhan setelah syura selesai dilaksanakan. Jama’ah Thareqat Syattariyah Peuleukung selalu mendahului dua hari daripada pemerintah dalam memulai puasa hal ini dikarenakan adanya perbedaan metode yang dipakai oleh thareqat dengan metode yang digunakan oleh pemerintah. Masyarakat yang mendahului pemerintah berpuasa disebut dengan puasa tuha atau puasa awal. Terdapat dua metode yang dipakai dalam penentuan 1Ramadhan. Mereka menghisab dengan bilangan lima. Bilangan lima yang dipakai dalam penentuan awal Ramadhan ini sangat sederhana, yaitu cukup menambahkan lima hari dari dihitung dari jatuhnya awal Ramdhan pada tahun sebelumnya.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X5 Akhlak dan Tasawuf > 2X5.3 Tarekat |
Divisions: | Fakultas Adab dan Humaniora > S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam |
Depositing User: | Anggun Tawar Niate |
Date Deposited: | 16 Oct 2025 07:52 |
Last Modified: | 16 Oct 2025 07:52 |
URI: | http://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/52227 |