Partai SIRA lahir dari gerakan sosial Sentral Informasi Referendum Aceh, yang menstransformasikan diri menjadi partai lokal, kini menjadi salah satu partai lokal yang dibentuk pasca MoU Helsinki. Partai SIRA terakhir mengikuti pemilu pada tahun 2009 di sebabkan kurangnya Electoral Threshold (ET), kemudian vakum pada tahun 2014-2017. Vakumnya di tahun 2014 karena politik saat itu tidak stabil, di tahun 2017 partai SIRA memutuskan untuk kembali ke gelangga politik tetapi tidak mengikuti pemilukada. Oleh sebab itu, untuk mendaftar sebagai peserta pemilu partai SIRA hanya perlu ikut verifikasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP), hingga di tahun 2019 partai SIRA kembali ikut dalam pesta demokrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa partai SIRA aktif kembali pada pemilu tahun 2019 dan untuk mengetahui strategi partai SIRA dalam melakukan kampanye politik pada pemilu tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, adapun metode kualitatif dalam teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dengan cara tanyak jawab antara dua orang atau lebih yang dikerjakan secara sistematis, dan menggunakan metode dokumentasi yang diambil melalui buku-buku, jurnal, dokumentasi yang berkaitan dengan kajian penelitian. Hasil penelitian yang di peroleh, munculnya kembali partai SIRA karena melihat kodisi Aceh yang tidak kunjung membaik seperti masalah pendidikan, perekonomian, serta pembangunan Aceh yang belum mengalami perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, partai SIRA memiliki tanggung jawab untuk merubah kondisi Aceh kearah yang lebih baik. Strategi yang digunakan partai SIRA ditahun 2019 melalui pendekatan yang persuasif dengan masyarakat, yaitu turun ke lapangan sekaligus memberikan pendidikan politik serta menimbulkan kesadaran bahwa rasionalitas politik sebagai kerangka berfikir maupun mekanisme kerja yang sangat penting bagi pembangunan Aceh.