FAEDAH AL-‘ILLAH DALAM PENG-QIYĀS-AN (Perbandingan Pemikiran Imam al-Ghazālī dan Imam al- Sarakhsī)

Syahrul Ramazan, 200103034 (2024) FAEDAH AL-‘ILLAH DALAM PENG-QIYĀS-AN (Perbandingan Pemikiran Imam al-Ghazālī dan Imam al- Sarakhsī). Other thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

[thumbnail of faedah, al-qiyās, al-Ghazālī, al-Sarakhsī] Text (faedah, al-qiyās, al-Ghazālī, al-Sarakhsī)
Syahrul Ramazan, 200103034, FSH, PMH, 082281136763.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (7MB)
[thumbnail of faedah, al-qiyās, al-Ghazālī, al-Sarakhsī] Text (faedah, al-qiyās, al-Ghazālī, al-Sarakhsī)
Syahrul Ramazan, 200103034, FSH, PMH .pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (7MB)

Abstract

Keberadaan al-‘illah menjadi faktor utama dalam penemuan hukum yang berbasis metode al-qiyās. Namun para uṣūliyyūn berbeda pendapat mengenai fedah al- ‘illah dalam peng-qiyās-an sebagaimana pemikiran dua tokoh yang penulis teliti. Imam al-Ghazālī melihat faedah al-‘illah untuk mengetahui tempat penyandaran hukum pada aṣl, sehingga tidak otomatis menimbulkan perluasan hukum kepda furū‘. Sedangkan Imam al-Sarakhsī melihat al-‘illah dalam konteks penemuan hukum, maka ia mensyaratkan agar al-‘illah memiliki sifat ta‘diyyah. Tertarik dengan pemikiran dua tokoh ini, penulis melakukan penelitian hukum normatif dengan pendekatan perbandingan. Penulis merumuskan masalah penelitian ke dlaam dua pertanyaan, yaitu bagaimana pendapat Imam al-Ghazālī dan Imam al- Sarakhsī tentang faedah al-‘illah dalam peng-qiyās-an? Bagaimana faedah al- ‘illah dalam perspektif penemuan hukum Islam? Untuk menjawab dua masalah ini, penulis meneliti dengan pendekatan usul fikih. Ditemukan bahwa Imam al- Sarakhsī melihat faedah al-‘illah identik dengan tujuan penemuan hukum itu sendiri. Sedangkan Imam al-Ghazālī melihatnya dalam konteks yang lebih luas, yaitu sebagai sarana untuk mengetahui tempat bergantung hukum dalam khiṭāb al- Syāri‘ sehingga tidak otomatis memperluas keberlakuan hukum kepada furū‘. Kajian ini sampai pada kesimpulan bahwa kedua pendapat ini dipengaruhi oleh paradigma yang dianut oleh masing-masing tokoh. Imam al-Sarakhsī mengikuti mazha Ḥanafī yang cenderung beraliran empirisme hukum, sedangkan Imam al- Ghazālī mengikuti mazhab al-Syāfi‘ī yang cenderung pada paradigma hukum normatif.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X4 Fiqih > 2X4.04 Ijma' dan Qiyas
200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X7 Filsafat dan Perkembangan > 2X7.4 Pemurnian dan Pembaharuan Pemikiran > 2X7.42 Pembaharuan dan Pemikiran dalam Islam
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > S1 Perbandingan Mazhab
Depositing User: Syahrul Ramazan
Date Deposited: 12 Nov 2025 09:14
Last Modified: 12 Nov 2025 09:14
URI: http://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/52415

Actions (login required)

View Item
View Item