Syarat Mujtahid (Studi Perbandingan Imam al-Syafi’i dan Muhammad Syahrur)

Wahyu Allah SWT (al-Qur’an) telah diturunkan secara sempurna. Hadis Nabi telah berhenti dengan wafatnya Muhammad SAW. Sementara masalah kehidupan manusia terus berkembang tanpa batas, zaman berubah dengan cepat, semuanya menuntut jawaban yang pasti dari para mujtahid. Disisi lain mereka yang berijtihad dibatasi dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi, agar ijtihadnya dapat diterima oleh masyarakat. Skripsi ini ditulis dengan rumusan masalah yang harus dijawab, terdiri dari: bagaimana syarat mujtahid menurut Imam al-Syafi’i, dan bagaimana syarat mujtahid menurut Muhammad Syahrur. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan metode komperatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian komperatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang munculnya perbedaan pendapat. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa konsep al-Syafi’i lebih menekankan kepada syarat mujtahid individual atau fardi, dengan makin rumitnya permasalahan yang muncul dan banyaknya bidang keilmuan menuntut para mujtahid untuk dapat bekerjasama dengan berbagai bidang disiplin keilmuan. Ijtihad Muhammad Syahrur mengarah kepada mujtahid jama’i. Konsep Syafi’i muncul pada era sebelum modern, sedangkan konsep ijtihad Syahrur muncul pada era modern yang menjunjung tinggi profesionalitas dan spesifikasi ilmiah, serta begitu pesatnya perkembangan setiap bidang ilmu, sehingga satu orang tidak akan mungkin menguasai banyak bidang keilmuan sekaligus. Oleh karena kerja kolektif yang melibatkan banyak pakar ilmu dalam berbagai bidang adalah sesuatu yang tidak mungkin terhindarkan.