Fenomena dan Perkembangan GAM Sebagai Identitas Sosial Pasca Damai (Studi Kasus di Kecamatan Seunagan Timur Nagan Raya)

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) merupakan sebuah gerakan yang muncul di Aceh karena adanya perbedaan keinginan dari pemerintah RI dan GAM. GAM menganggap bahwa pemerintah Indonesia tidak adil dalam mengeksploitasi kekayaan alam Aceh dalam segala aspek kehidupan terutama dalam bidang ekonomi. Selanjutnya GAM dan RI mulai damai saat bencana tsunami datang 26 Desember 2004 hingga disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena dan perkembangan GAM sebagai identitas Sosial pasca damai di Kecamatan Seunagan Timur Nagan Raya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah identitas sosial yang ditawarkan oleh Henri Tajfel dan dikutip oleh Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno.
Penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Narasumber terdiri dari 14 orang anggota di kecamatan Seunagan Timur Nagan Raya.
Hasil penelitian ini menunjukkan,pertama, GAM sebagai identitas sosial pasca damai, bahwa GAM beralih dari organisasi GAM menjadi KPA (Komite Peralihan Aceh) dan Peluang Aceh sudah terbuka dengan disahkan Undang-Undang 11 Juli 2006. Kedua, pasca damai identitas sosial GAM masih ada karena mereka sebagai anggota GAM masih menganggap dirinya adalah GAM. Seperti masyarakat pada umumnya, anggota GAM kembali menjalankan aktivitas sosial dalam sehari-hari.