Sosiologi Agama; Menyelami Pemahaman Berbagai Masyarakat Beragama

Keberadaan Program Studi Sosiologi Agama atau bahkan Sosiologi di berbagai PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) di Indonesia merupakan fenomena yang relatif baru. Program Studi Sosiologi baru terdapat di PTKI yang sudah beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), dan pada faktanya juga tidak semua Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia memiliki Program Studi Sosiologi. Di sisi lain, terdapat fakta bahwa dominasi Islamic studies (kajian Islam) di PTKI juga tidak terbantahkan, artinya dari sisi resource (sumber daya) baik manusia (ahli/pakar) maupun kepakaran dalam bidang sosiologi, termasuk dalam hal referensi sosiologis yang memiliki irisan kajian dengan Islamic Studies misalnya, masih menjadi tantangan tersendiri bagi kebanyakan PTKI. Walaupun pendekatan integratif bukan hal yang asing dalam banyak kajian Islamic Studies sebelumnya, tetapi penguasaan teoritis secara mendalam terhadap keilmuan sosiologi masih relatif baru dan terbatas di kalangan civitas akademika PTKI di Indonesia secara umum. Berdasarkan konteks tersebut, kehadiran buku ini menjadi penting mengingat bahwa penulis merupakan civitas akademika dari PTKI yang selama ini memang mengajarkan mata kuliah Sosiologi, jauh sebelum menjadi prodi tersendiri (Sosiologi Agama) seperti sekarang. Di sisi lain,tidak hanya penguasaan Teori-Teori Sosial yang masih terbatas di kalangan para civitas akademika PTKI, familiaritas kajian yang dikembangkan daripandangan pakar Muslim yang memberikan kontribusi pada perkembangan teori dalam ilmuilmu sosial juga belum begitu kuat, untuk bidang sosiologi, tentu Ibnu Khaldun menjadi pionir yang tidak bisa dilupakan dan ditinggalkan pembahasannya. Namun kajian ketokohan dan pemikirannya tidak banyak dikuasai di kalangan PTKI Program Studi Sosiologi Agama atau Sosiologi. Sampai saat ini, referensi dan studi mengenai pemikirannya masih lebih banyak dilakukan oleh peneliti dari luar negeri. Demikian juga pengembangan penelitian sosiologis yang berbasis kajian kontekstual dari masyarakat setempat juga belum mampu menjadi kekuatan sendiri untuk men-genarate ‘teori’ dan narasi baru dalam kajian sosiologis yang sejatinya akan terus berkembang seiring perkembangan masyarakat itu sendiri yang sangat dinamis. Hal ini menunjukkan bahwa ada persoalan krusial yang memang terjadi tidak hanya baru dari sisi keberadaan, dan terbatas dari referensi dan sumber daya, pendalaman dan pemilihan terhadap bangunan keilmuan sosial yang akan dikembangkan, juga sangat penting untuk mendapat perhatian dari berbagai pihak.