Islam menarasikan dirinya sebagai agama tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan. akan tetapi sesuai sifatnya yang holistik, universal, dan komperhensif, agama Islam meliputi tiga aspek; al-din (agama), duniya (dunia), dan dawlah (negara). Sifat holistik ini jelas menolak pemahaman bahwa Islam tidak mengatur negara, hukum, budaya, sosial, politik, pendidikan dan semua aspek yang terkait dengan dunia, sebagaimana argumen yang selama ini menjadi landasan pemikir sekuler dan liberal.
Narasi Islam sebagai agama dan worldview sekaligus tidak saja relevan akan tetapi urgen. sebab selama ini banyak yang mencoba memahami Islam dalam hubungannya dengan Barat atau dengan peradaban modern, hanya sebatas Islam sebagai agama dan bukan Islam sebagai pandangan hidup sekaligus. Karena itu, hubungan antar agama, worldview, clash of civilization dan nalar sebagaimana yang terdapat dalam judul buku ini cukup erat.
Agama memiliki daya magis yang kuat, maka ia akan berpengaruh terhadap seseorang sehingga menjadi kekuatan. Pemikiran seseorang terhadap agama jelas dipengaruhi oleh worldview masing-masing, dari mana dia, latar belakang bangsa, peradaban, serta bangsa itu sendiri. Nalar modern telah menunjukkan persoalan serius di samping tentu saja berbagai kemajuan yang diraihnya. Tentu dari sudut pandang teologis, sehingga mengislamkannya memang perlu dilakukan. Saat modernitas yang bernuansakan positivistik dan materialistik menjadi segala-galanya, dan saat keterputusannya dengan yang Ilahi menjadi biang dari segala macam krisis kehidupan. Sebuah nuansa mistiko-filosofis menjadi menarik dan inspiratif.