Bumbungong atau masyarakat juga sering menyebutnya dengan sebutan bu mubalee adalah salah adat istiadat di Kecamatan Kaway XVI yang hanya dapat dilihat pada acara-acara keagamaan. Misalnya, acara pernikahan, sunatan, turun mandi, menyambut orang pulang Haji dan Umrah, selain itu, bumbungong juga ada pada acara peusijuek-peusijuek lainnya. Bumbungong ini sangat berkaitan dengan peusijuk, dimana ada bumbungong pasti ada ritual peusijuk. Penelitian tentang bumbungong ini dimaksudkan untuk mencari makna simbolik yang terkandung dalam bumbungong, eksistensi bumbungong dalam masyarakat Kecamatan Kaway XVI dan proses pembuatannya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan metode kualitatif, yang mana, penulis mengumpulkan data melalui observasi, mewawancarai tokoh-tokoh adat dan masyarakat yang terlibat langsung dalam proses pembuatannya, dokumentasi dan juga melakukan kajian pustaka ataupun mencari referensi-referensi terhadap penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bumbungong masih digunakan hingga saat ini, walaupun sudah terjadi beberapa perubahan yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai dan perilaku sosial yang terkandung didalamnya. Adapun tanggapan dari masyarakat terhadap bumbungong masih di perhitungkan keberadaannya, meskipun kondisinya semakin terancam punah.