Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pada pendengarannya yang mengakibatkan mereka tidak dapat mendengar dengan sempurna atau bahkan ada yang kehilangan pendengaran total. Hal tersebut mengakibatkan keterhambatan dalam kemampuan bicara dan penguasaan bahasa sehingga mengakibatkan mereka kesulitan dalam berkomunikasi dilingkungannya dan merasa tidak percaya diri karena kelemahannya. Melihat masalah yang dihadapi anak tunarungu, maka Sekolah Luar Biasa Pembina mengambil inisiatif untuk memberikan pelayanan dalam upaya mengembalikan keberfungsian sosial anak tunarungu yaitu dengan cara menerapkan metode-metode pembelajaran yang diharapkan dapat mengembalikan keberfungsian oral pada anak. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bentuk dan upaya pelayanan yang diberikan pihak sekolah dalam mengembalikan keberfungsian sosial anak tunarungu. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dan upaya pelayanan yang diberikan pihak sekolah sudah mendekati sempurna. Penerapan MMR (Metode Mental Refleksi), metode aural, dan menjalankan program PKBI (Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi) yang diajarkan guru sudah menunjukkan hasil yang baik. Murid tunarungu di Sekolah Luar Biasa Pembina kini sudah mulai terbiasa berkomunikasi secera verbal. Akan tetapi saat mereka lelah berbicara mereka kembali menggunakan bahasa isyarat.