Perempuan dan Remaja dalam Rotasi Perubahan Zaman

Dalam kehidupan bermasyarakat terutama di pedesaan,peran lelaki dan perempuan sangat signifikan untuk mewujudkan kehidupan yang nyaman dan tenteram.Apalagi dikalangan masyarakat Aceh,yang memberikan ruang besar dalam penyelesaian semua persoalan desa pada tokoh-tokoh penting,yang sudah diamanahkan untuk memangku jabatan.Inilah yang disebut sistem adat dalam masyarakat Aceh.Adat memiliki kedudukan yang istimewa dalam masyarakat,adat merupakan lembaga informal yang berperan melakukan banyak aktivitas, dimulai dari pelaksanaan administrasi sampai penyelesaian masalah perdata atau pidana ringan.Mengingat besarnya peran adat dan para pemangku kebijakannya,terlebih lagi dalam penyelesaian masalah yang melibatkan perempuan baik sebagai korban dan pelaku.Namun sayangnya sistem adat tidak melibatkan partisipasi perempuan dalam setiap aktivitanya.Meskipun sudah ada regulasi yang mengharuskan keterlibatan dua orang perempuan dalam anggota legislatif tingkat Gampong (desa), yang dikenal dengan istilah tuha peut,dalam realitasnya,masih banyak desa yang tidak mengikuti regulasi ini.Alasan para pemimpin desa tidak mau melibatkan perempuan karena menurut mereka perempuan tidak mampu bekerja sebab tugasnya mengurus rumah tangga buka mengurus persoalan di desa.Perempuan juga dianggap terlalu banyak berbicara,tidak dapat menyimpan rahasia,dan tidak bebas untuk keluar rumah pada malam hari saat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah secara cepat. Kurangnya partisipasi perempuan dalam sistem adat mendapatkan komplain dari warga perempuan lainnya,karena mereka merasa kehadiran perempuan sangat penting untuk dapat menyelesaikan persoalan kaum perempuan.Hanya perempuan yang mengetahui penderitaan perempuan lainnya, bukan lelaki.Buku ini merupakan hasil penelitian peneliti dibeberapa kecamatan dan desa di wilayah kabupaten yang ada di Aceh.