Interaksi sosial yang terjadi di dalam lapas berawal dari komunikasi yang dilakukan narapidana dengan narapidana lain. Awal interaksi sosial, narapidana dalam berteman lebih bersifat pribadi, narapidana lebih cenderung meniru orang yang bisa dianggap contoh yang bersifat positif. Narapidana menyesuaikan lingkungan dan perbedaan pendapat sehingga tidak menyebabkan konflik antara narapidana lain. Data dari peneitian ini diperoleh melalui wawancara yang melibatkan petugas lapas dan narapidana. Selama berada di dalam pekarangan lapas megikuti beberapa pembinaan seperti ikut dalam kegiatan keagamaan, kegiatan sosial dan kegiatan kesenian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses interaksi sosial narapidana remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan faktor yang mempengaruhi interaksi sosial narapidana Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Teori dalam penelitian ini menggunakan teori interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin. Interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok, dan orang perorang dengan kelompok. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial di dalam lapas berjalan tidak sehat karena di dalam wisma masih terjadi perkelahian, bullying, menghisap rokok tanpa sepengetahuan petugas lapas. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti, lingkungan lapas yang tidak baik, kehidupan keagamaan di lapas, kegiatan belajar mengajar (KBM), pengembangan minat dan bakat, kegiatan kerja sosial dan saling memotivasi antar narapidana.