Moralitas Mahasiswa dalam Kasus Body Shaming di Media sosial

Perkembangan teknologi yang semakin maju telah membawa pengaruh dan peruabhan yang signifikan dalam kehidupan dan system berpikir masyarakat, bahkan mengubah perspektif masyarakat terhadap suatu nilai yang berkembang di masyarakat selama ini, seperti munculnya perspektif masyarakat khususnya kalangan mahasiswi bahwa cantik itu haruslah berkulit putih, tidak hitam, tidak gendut, tubuh yang langsing, kulit yang mulus dan lain-lainnya. Perspektif ini memunculkan sikap perbandingan kenyataan di media sosial dengan kehidupan nyata, sehingga mereka yang tidak memiliki fisik tersebut akan mendapatkan perlakuan Body shaming yang terjadi dikalangan mahasiswi UIN Ar-Raniry. Kejahatan Body shaming kerap terjadi pada perempuan saja, karena perempuan adalah objek yang sering menjadi sorotan yang berkenaan dengan fisik. Kriteria cantik di atas sudah menjadi sebuah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman, sehingga perempuan di tuntutut untuk memiliki kriteria-kriteria cantik seperti di atas. Hal ini jelas bertentangan dengan Hak Asasi Manusia bahwa semua orang itu berharga, terlepas apakah seseorang itu cantik atau tidak, karena pengetahuan tentang cantik tidak hanya berhenti di ukuran fisik saja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Ada pun hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: (1), Body shaming merupakan kejahatan yang tidak terlihat namun memberikan efek nyata dalam kehidupan korban, seperti munculnya perasaan-perasaan introvert (menutup diri) inscure (tidak percaya diri) overthingking (menyalahkan diri sendiri) hingga pada tingkat stree. (2), secara keseluruhan informan dalam penelitian ini, merupakan korban dari Body shaming yang di alami di lingkungan perkuliahan dan dampak yang dialaminya. Body shaming merupakan perbuatan yang tidak di benarkan dari segi moral, sosial, dan syariah.