Hukum-hukum yang disyariatkan Allah mempunyai tujuan utama (maqaṣid al-aṣliyah) dan tujuan tambahan (maqaṣid al-tābi‘ah). Kafā’ah dalam pernikahan (sekufu) yang merupakan maqaṣid al-tābi‘ah berfungsi untuk menguatkan tujuan utama pernikahan yaitu rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Pertanyaan dalam skripsi ini adalah; Pertama, bagaimana kafā’ah menurut Imam Syihabuddin al-Qarafi dan Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Kedua, bagaimana metode istinbaṭ yang digunakan oleh Imam Syihabuddin al-Qarafi dan Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam menetapkan kriteria kafā’ah. Skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan dengan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, kafā’ah menurut Al-Qarafi ada lima aspek yaitu agama (ad-Din), merdeka (Hurruriyah), keturunan (Nasb), bebas dari cacat (Kamal al-Khilqah), dan harta (māl). Al-Qarafi menetapkan lima kriteria kafā’ah tersebut yang kelihatannya menggunakan metode penalaran lughawiyyah/bayānī, mengikuti jalan pikiran (pendapat) jumhur. Kedua, Ibn Qayyim al-Jauziyyah menetapkan kafā’ah dalam pernikahan hanya aspek agama (ketaatan). Hal ini berdasarkan pandangan Ibn Qayyim yang kelihatannya menggunakan metode penalaran ta’līlīyyah.